Rara, Putri Bapak Rahmat Raharjo dari Yogyakarta: Bersuara Lewat Senar di Konser Apresiasi #9 NMC

Di panggung sore yang hangat di Sukorejo, Kendal, sebuah momen istimewa tercipta dalam Konser Apresiasi #9 Notasi Music Course (NMC). Di antara deretan penampil muda yang memukau, hadir seorang gadis remaja dengan aura tenang namun percaya diri. Dialah Rara, putri dari maestro gitar klasik Indonesia, Bapak Rahmat Raharjo dari ISI Yogyakarta. Membawa instrumen gitar klasik, Rara membawakan dua karya penuh warna dan karakter: Three Moods from Solomon dan Coco de Alagoas.

7/26/20254 min baca

Di panggung sore yang hangat di Sukorejo, Kendal, sebuah momen istimewa tercipta dalam Konser Apresiasi #9 Notasi Music Course (NMC). Di antara deretan penampil muda yang memukau, hadir seorang gadis remaja dengan aura tenang namun percaya diri. Dialah Rara, putri dari maestro gitar klasik Indonesia, Bapak Rahmat Raharjo dari ISI Yogyakarta. Membawa instrumen gitar klasik, Rara membawakan dua karya penuh warna dan karakter: Three Moods from Solomon dan Coco de Alagoas.

Penampilan Rara bukan sekadar suguhan musik—tetapi cermin dari perjalanan panjang, dedikasi keluarga terhadap seni, dan tongkat estafet generasi baru dalam dunia gitar klasik tanah air.

Latar Belakang: Tumbuh Bersama Musik

Rara tumbuh di lingkungan yang penuh dengan bunyi senar, nada klasik, dan diskusi musikal. Ayahnya, Bapak Rahmat Raharjo, adalah salah satu gitaris klasik paling dihormati di Indonesia, dosen tetap di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, dan figur penting dalam komunitas gitar nasional. Dengan segudang prestasi, termasuk menjadi juara Yamaha Festival Gitar Indonesia serta menimba ilmu di Spanyol lewat Spanish Guitar Awards, Rahmat dikenal luas sebagai sosok yang tak hanya piawai bermain gitar, tetapi juga mendidik banyak generasi.

Sebagai putri dari sosok inspiratif seperti itu, Rara sejak kecil sudah terbiasa mendengar permainan gitar klasik. Ia mulai belajar gitar secara informal sejak usia dini, bahkan sebelum ia menyadari bahwa musik telah menjadi bagian dari jiwanya. Ia berlatih di rumah, mendengar diskusi sang ayah bersama murid dan rekan musisi, hingga akhirnya mengikuti jejak sang ayah dengan mengikuti masterclass dan tampil dalam berbagai panggung kecil.

Persiapan Menjelang Konser

Sebelum tampil di Konser Apresiasi #9 NMC, Rara menjalani persiapan matang. Setiap hari ia berlatih teknik dasar seperti arpeggio, tremolo, serta dinamika tonal. Ayahnya tak hanya bertindak sebagai pelatih, tetapi juga mentor dalam menyelami interpretasi lagu—memberikan masukan bukan hanya dari sisi teknis, tetapi juga makna emosional yang terkandung dalam musik.

Rara juga mengikuti beberapa forum mini konser internal, tampil dalam lingkungan kecil sebagai latihan panggung. Ini penting untuk membangun kepercayaan diri, mengendalikan nervous, dan memahami bagaimana menyampaikan pesan musikal kepada penonton.

Penampilan di Konser Apresiasi #9 NMC

Pada Sabtu sore itu di Sukorejo, Kendal, suasana konser dipenuhi semangat apresiasi. Rara mendapat giliran di sesi tengah acara. Ia memasuki panggung dengan tenang, mengenakan dress semi-formal berwarna lembut, membawa gitar klasiknya dengan mantap.

1. Three Moods from Solomon

Lagu pertama, Three Moods from Solomon, adalah karya kontemporer yang membagi musik menjadi tiga bagian atau "mood" berbeda: tenang, gelisah, dan penuh semangat. Lagu ini menguji kemampuan interpretasi emosional pemainnya. Rara membuka permainan dengan teknik tremolo halus, disambung dengan dinamika nada yang berubah-ubah sesuai bagian lagu. Permainannya menunjukkan kontrol jari kanan dan kiri yang matang, serta artikulasi nada yang tajam dan jelas.

Mood pertama ditampilkan lembut, kontemplatif. Mood kedua—dengan dinamika lebih tajam—menyiratkan ketegangan batin. Sedangkan mood ketiga ditutup dengan sentakan energik namun tetap tertata. Penonton memberikan tepuk tangan panjang setelah bagian ini selesai, terpukau oleh kedalaman ekspresi musikal Rara.

2. Coco de Alagoas

Lagu kedua yang dibawakan Rara adalah Coco de Alagoas, karya dengan nuansa musik Brasil yang kaya ritme dan warna. Berbeda dari karya sebelumnya yang lebih reflektif, lagu ini menuntut permainan yang hidup, penuh groove dan sinkopasi.

Rara berhasil menampilkan rasa musik tropis dalam komposisi ini. Teknik seperti glissando, pull-off dan harmoni terbuka dimainkan dengan presisi dan penuh perasaan. Penonton tampak menikmati iramanya—beberapa bahkan terlihat ikut mengangguk mengikuti beat-nya. Ini adalah bukti nyata bahwa musik klasik tak melulu serius dan kaku; ia bisa ceria, segar, dan membumi di tangan musisi muda seperti Rara.

Reaksi Penonton dan Apresiasi

Penampilan Rara mendapat pujian dari berbagai kalangan. Tutor-tutor Notasi Music Course menyampaikan rasa bangga karena konser kali ini berhasil menghadirkan tamu sekaliber Bapak Rahmat Raharjo sekaligus menampilkan Rara sebagai representasi generasi muda gitar klasik Indonesia.

Beberapa orang tua siswa bahkan mendekat dan menyampaikan rasa kagum terhadap Rara. Bagi banyak anak, melihat sesama remaja tampil dengan percaya diri membawakan musik klasik menjadi motivasi tersendiri untuk belajar lebih giat.

Bapak Rahmat sendiri, yang turut hadir sebagai tamu spesial di acara ini, tampak bahagia menyaksikan penampilan putrinya. Ia bahkan sempat tampil berduet dengan Ibu Nonni Betania—owner Notasi Music Course—dalam salah satu momen spesial konser tersebut, membawakan duet biola-gitar yang menawan.

Rara: Sosok Musisi Muda yang Mempesona

Kepribadian Rara yang rendah hati, namun penuh semangat dan tekun dalam belajar, menjadi inspirasi bagi banyak siswa lain. Meskipun berasal dari keluarga musisi, Rara tidak mengandalkan nama besar ayahnya. Ia bekerja keras, berlatih mandiri, dan terus membuka diri terhadap pembelajaran baru.

Rara juga dikenal aktif mengikuti berbagai kegiatan musik, termasuk workshop, resital, hingga diskusi seni bersama komunitas gitar klasik di Yogyakarta. Bakatnya tak berhenti pada eksekusi teknik, tetapi juga dalam penjiwaan musik dan kemampuannya menyampaikan cerita lewat senar.

Harapan ke Depan

Konser Apresiasi #9 NMC barangkali hanyalah satu dari sekian banyak panggung yang akan Rara tapaki. Namun momen ini memiliki makna khusus: menjadi titik tolaknya dikenal publik lebih luas, menunjukkan kapasitas dan potensi dirinya dalam seni gitar klasik Indonesia.

Banyak yang berharap Rara akan terus mengembangkan diri, tampil di tingkat nasional maupun internasional, bahkan mungkin merilis album solo gitar klasik di masa depan. Dengan bekal kuat dari sang ayah, dan semangat belajar yang konsisten, jalan tersebut terbuka lebar.

Penutup

Rara, putri dari Bapak Rahmat Raharjo, telah menunjukkan bahwa musik klasik bukan hanya warisan, tetapi juga masa depan yang bisa dihidupi dan dihayati oleh generasi baru. Lewat permainan Three Moods from Solomon dan Coco de Alagoas, ia tak hanya memainkan nada—tetapi juga menyampaikan jiwa, karakter, dan semangat muda yang menyatu dalam setiap petikan.

Konser Apresiasi #9 NMC menjadi bukti bahwa regenerasi musisi klasik Indonesia sedang berjalan dengan baik. Dan Rara adalah salah satu contoh paling cerah dari harapan itu.