Tamu Spesial Konser NMC #9: Duet Spektakuler Bapak Rahmat Raharjo dan Ibu Nonni Betania Membawakan "Tico-Tico No Fubá"

Di tengah deretan penampilan istimewa dari siswa NMC, terdapat satu momen yang mencuri perhatian seluruh hadirin — penampilan duet tamu spesial: Bapak Rahmat Raharjo, dosen gitar klasik dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, dengan Ibu Nonni Betania, pemilik sekaligus pengajar biola di Notasi Music Course.

7/25/20254 min baca

Konser Apresiasi #9 yang diselenggarakan oleh Notasi Music Course (NMC) pada tahun 2025 kembali mencatat momen bersejarah yang sulit dilupakan. Bertempat di Sukorejo, Kendal, acara yang digelar pada sore hari ini menghadirkan beragam penampilan dari siswa-siswi berbakat NMC. Namun di tengah deretan penampilan istimewa itu, terdapat satu momen yang mencuri perhatian seluruh hadirin — penampilan duet tamu spesial: Bapak Rahmat Raharjo, dosen gitar klasik dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, dengan Ibu Nonni Betania, pemilik sekaligus pengajar biola di Notasi Music Course.

Mereka membawakan lagu klasik Brasil berjudul “Tico-Tico No Fubá”, sebuah karya legendaris yang dikenal di seluruh dunia karena kecepatannya, semangatnya, dan tantangan teknisnya yang tinggi.

Siapa Bapak Rahmat Raharjo?

Bapak Rahmat Raharjo merupakan salah satu figur penting dalam dunia pendidikan musik klasik di Indonesia. Sebagai dosen tetap di ISI Yogyakarta, beliau telah berkiprah dalam membina banyak mahasiswa yang kini menjadi gitaris profesional, guru musik, hingga akademisi. Kiprahnya tidak hanya terbatas di ruang kelas, namun juga aktif dalam berbagai forum konser, seminar, serta kolaborasi nasional dan internasional.

Beliau dikenal dengan pendekatan pengajaran yang sistematis dan berkarakter, serta teknik bermain gitar yang luar biasa bersih dan presisi. Kehadirannya sebagai tamu spesial di Konser Apresiasi #9 NMC adalah sebuah kehormatan besar, sekaligus menjadi inspirasi bagi siswa dan guru di NMC untuk terus belajar dari figur-figur terbaik di bidangnya.

Ibu Nonni Betania: Inspirator dan Penggerak Musik di NMC

Ibu Nonni Betania bukanlah nama yang asing bagi keluarga besar Notasi Music Course. Beliau adalah pendiri, pemilik, sekaligus pengajar aktif — khususnya dalam bidang biola dan pendidikan musik anak. Dengan dedikasi tinggi, beliau membangun NMC menjadi lembaga kursus musik yang bukan hanya unggul dalam prestasi, tetapi juga memiliki pendekatan pengajaran yang menyenangkan dan adaptif.

Pada Konser Apresiasi #9 ini, Ibu Nonni tidak hanya hadir sebagai penyelenggara dan pemimpin acara, namun turut tampil langsung dalam duet yang luar biasa. Hal ini menjadi bukti bahwa beliau tidak hanya menjadi pemimpin di balik layar, tetapi juga seorang musisi yang aktif dan terus menunjukkan semangat berkarya.

Tentang Lagu “Tico-Tico No Fubá”

“Tico-Tico No Fubá” adalah karya dari komposer asal Brasil, Zequinha de Abreu, yang diciptakan pada tahun 1917. Lagu ini termasuk dalam genre choro, sebuah gaya musik instrumental Brasil yang sering disebut sebagai “jazz-nya Brasil” karena sifatnya yang improvisatif dan enerjik.

Dengan tempo cepat dan karakter musik yang riang, lagu ini sering menjadi tantangan tersendiri bagi para musisi klasik. Dibutuhkan ketepatan ritmik, teknik tangan yang solid, serta kekompakan antar pemain. Tidak heran, lagu ini sering dijadikan ajang pembuktian kemampuan musikal dalam berbagai festival maupun konser.

Pemilihan lagu ini untuk ditampilkan dalam konser NMC menjadi keputusan yang tepat. Selain menunjukkan keahlian para pemain, lagu ini mampu menciptakan suasana yang meriah, hidup, dan membangkitkan antusiasme para penonton.

Penampilan di Sukorejo yang Memikat

Konser Apresiasi #9 yang digelar pada sore hari di Sukorejo, Kendal, berlangsung dalam suasana hangat dan penuh antusiasme. Ratusan orang hadir: mulai dari siswa, wali murid, guru, hingga masyarakat umum yang tertarik menyaksikan kiprah Notasi Music Course.

Ketika nama Bapak Rahmat Raharjo dan Ibu Nonni Betania diumumkan sebagai penampil berikutnya, suasana langsung berubah. Penonton menyambut dengan antusias dan rasa penasaran. Begitu permainan dimulai, semua mata dan telinga tertuju pada panggung.

Gitar klasik yang dimainkan Bapak Rahmat memulai melodi pembuka dengan teknik yang halus namun tegas, diikuti oleh denting biola Ibu Nonni yang mengalun dengan ekspresi mendalam. Keduanya saling mengisi, membentuk harmoni yang dinamis, saling memberi ruang, dan terlihat saling menikmati proses bermusik secara natural.

Tantangan tempo cepat dari lagu “Tico-Tico No Fubá” berhasil dihadapi dengan sangat baik. Bahkan, beberapa audiens terlihat mengangguk-angguk mengikuti irama atau tak sadar ikut mengetukkan jari ke kursi karena suasana begitu hidup. Tepuk tangan panjang terdengar begitu lagu berakhir, disertai senyum bangga dari para siswa yang menyaksikan langsung teladan musikal dari para gurunya.

Antusiasme Penonton dan Siswa

Penampilan duet ini menjadi topik pembicaraan seusai acara. Banyak siswa yang merasa terinspirasi, terutama mereka yang belajar gitar dan biola. Melihat langsung seorang dosen ISI tampil di depan mata mereka membuka perspektif baru tentang masa depan bermusik.

Seorang siswa gitar NMC Kendal bernama Dafa (14 tahun) berkomentar,

“Main gitarnya keren banget, jari-jarinya cepet tapi rapi. Jadi semangat belajar lagi!”

Sementara itu, Mela (12 tahun), siswa biola, berkata:

“Aku suka banget lihat Bu Nonni main biola cepat kayak gitu. Jadi pengen bisa ikut konser seperti itu.”

Bahkan para orang tua yang hadir turut mengungkapkan kekaguman. Mereka merasa bahwa konser kali ini sangat berkesan, bukan hanya dari sisi penampilan anak-anak, tetapi juga karena kehadiran dan penampilan para musisi senior yang memberi teladan langsung.

Kolaborasi Pendidikan Musik Antar Lembaga

Kehadiran Bapak Rahmat Raharjo dari ISI Yogyakarta bukan hanya sebagai penampilan hiburan semata, tetapi membawa makna yang lebih dalam: kolaborasi antar institusi pendidikan musik. Dengan mengundang dosen dari lembaga pendidikan tinggi, NMC menunjukkan keterbukaan dan komitmen untuk terus berkembang serta memberi inspirasi berkualitas bagi siswa-siswinya.

Ini menjadi sinyal positif bahwa Notasi Music Course tidak hanya fokus pada pengajaran teknis dasar, tetapi juga menjembatani siswa dengan dunia profesional musik yang lebih luas. Harapannya, kerja sama seperti ini dapat dilanjutkan dalam bentuk lain — seperti kelas master, seminar, kunjungan kampus, atau kolaborasi komposisi antar guru.

Kesimpulan: Sore yang Penuh Makna di Sukorejo

Konser Apresiasi #9 Notasi Music Course di Sukorejo, Kendal, yang digelar pada sore hari itu bukan hanya sebuah pertunjukan rutin, melainkan sebuah momen musikal yang sarat inspirasi. Penampilan duet antara Bapak Rahmat Raharjo dan Ibu Nonni Betania dalam lagu “Tico-Tico No Fubá” memberikan energi baru, semangat, serta menunjukkan bahwa musik adalah bahasa universal yang menyatukan semua usia, generasi, dan latar belakang.

Penampilan ini bukan hanya memukau, tapi juga menguatkan pesan bahwa pembelajaran musik tidak pernah berhenti. Baik guru maupun murid, semuanya harus terus belajar, berlatih, dan berbagi.

Terima kasih kepada Bapak Rahmat atas kehormatan dan penampilannya yang luar biasa, dan kepada Ibu Nonni atas dedikasi dan semangat tiada henti dalam menghidupkan dunia musik, khususnya di Kendal.

Semoga Konser Apresiasi berikutnya bisa kembali menghadirkan momen-momen luar biasa seperti ini — penuh cinta, penuh musik, dan penuh inspirasi.